Obligasi pemerintah (government obligation) kini semakin menjadi pilihan dalam investasi. Selain memberi keamanan pokok dan kupon investasi 100 persen dengan jaminan negara, kupon atau yield yang ditawarkan juga di atas instrumen keuangan sejenis seperti deposito.
Berbagai keuntungan investasi obligasi membuat keinginan menempatkan investasi di obligasi pemerintah terus meningkat. Tidak hanya investor individu yang mengoleksi surat berharga negara itu, lembaga keuangan seperti asuransi, dana pensiun hingga perusahaan publik turut memburu obligasi.
Hal yang paling digemari dari investasi obligasi adalah relatif aman dan imbal hasil yang menarik. Selain itu, investasi pada obligasi juga memberi kemungkinan keuntungan tambahan dari kenaikan harga di pasar sekunder (capital gain).
Namun, di tengah keuntungan investasi obligasi, investor harus menyadari karakteristik produk investasi yang dibeli. Terutama jika penerbit melakukan early bond redemption atau pelunasan obligasi sebelum jatuh tempo.
Langkah early redemption ini seringkali dilakukan oleh penerbit ketika tingkat suku bunga acuan di pasar menurun di bawah suku bunga kontrak. Langkah pelunasan dipercepat ini juga mungkin terjadi bagi obligasi negara yang masuk dalam kategori obligasi ritel yang tidak dapat diperjualbelikan seperti seri SBR dan ST.
Early redemption obligasi negara ini misalnya terjadi pada kasus terjadinya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Sebagai contoh, pemerintah mengeluarkan seri obligasi dengan menetapkan kupon minimal sebesar 7,9 persen ketika suku bunga acuan Bank Indonesia 6 persen. Namun kenyataannya, seiring dengan terjadinya penurunan BI Seven Days Repo Rate (suku bunga acuan) menjadi 4 persen, investor tetap menerima imbal hasil sebesar 7,9 persen sehingga pemerintah membayar lebih mahal.
Untuk mengurangi beban bunga obligasi maka pemerintah akhirnya melakukan pelunasan dipercepat bagi investor yang mau melakukan early bond redemption. dan menerbitkan obligasi baru dengan mengacu suku bunga acuan dari Bank Indonesia terbaru yakni 4 persen.
Meski obligasi negara tidak mengenal pelunasan dipercepat untuk seluruh seri, namun ada kalanya pemerintah menyediakan layanan early bond redemption secara teratur untuk setiap seri yang tidak dapat diperjualbelikan. Kekurangannya, waktu early redemption tidak dibuka setiap saat. Selain itu pemegang obligasi hanya dapat mencairkan pokok SBN yang dimiliki hingga 50 persen.
Sedangkan untuk obligasi ritel (ORI, SR) dan non ritel (FR, INDON, INDOIS), kamu tidak perlu menunggu pengumuman jadwal early bond redemption dari pemerintah. Pasalnya surat utang negara seri ini dapat diperjualbelikan di pasar sekunder. Khusus produk ritel, cara membeli obligasi terlebih dahulu harus melewati minimum waktu penyimpanan.
Dengan beragam kelebihan obligasi pemerintah ini maka tidak salah bila instrumen obligasi ini menjadi pilihan investasi. Untuk mendapatkan obligasi ini, kamu dapat melakukan pembelian di pasar primer atau IPO, sedangkan cara lainnya dengan membeli di pasar sekunder.
Pembelian obligasi non ritel di pasar sekunder dapat dilakukan sepanjang waktu sebelum obligasi jatuh tempo. Produk obligasi non ritel ini ditandai dengan penamaan FR dan INDON. Sedangkan seri syariah adalah INDOIS.
Obligasi FR adalah surat utang negara yang ditujukan kepada investor non ritel dalam mata uang rupiah. Sedangkan INDON merupakan surat utang negara yang diterbitkan dalam mata uang valuta asing (valas). Biasanya seri ini diterbitkan dalam dolar Amerika Serikat.
Meski investor ritel tidak mendapatkan kedua seri ini dalam penawaran perdana (IPO), namun obligasi dengan imbal hasil menarik ini dapat diperoleh di pasar sekunder. Kamu bisa mendapatkan obligasi seri FR dan INDON atau INDOIS ini melalui fitur obligasi pasar sekunder yang dapat diakses dari Aplikasi digibank by DBS.
Bahkan digibank by DBS memberikan kemudahan bagi investor ritel untuk memiliki obligasi seri FR dan INDON ini karena cukup melakukan pembelian melalui genggaman. Dengan Aplikasi digibank by DBS, investor dapat membeli obligasi dengan besaran investasi yang terjangkau yakni mulai dari Rp1 juta untuk seri FR.
Sementara untuk investasi obligasi seri INDON, maka dana yang dibutuhkan mulai dari US$1.000. Jadi tunggu apalagi, segera kunjungi go.dbs.com/obligasi atau download aplikasinya sekarang juga.***