Pandemi virus corona memukul perekonomian di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia turun hanya menjadi 2,97% pada kuartal I/2020. Padahal di periode yang sama tahun 2019, ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5.07%.
Penurunan itu diperkirakan akan berlanjut pada kuartal II/2020. Seluruh komponen pertumbuhan ekonomi yaitu investasi, konsumsi, belanja pemerintah dan ekspor serta impor mengalami penurunan.
Bagi pekerja, salah satu dampak yang terasa dari penurunan pertumbuhan ekonomi itu adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), cuti di luar tanggungan (unpaid leave) serta pemangkasan gaji bulanan.
Bagi pemilik usaha, salah satu dampak yang terasa adalah penurunan omzet usaha bahkan penutupan usaha karena masyarakat mengurangi aktivitasnya di luar rumah untuk mengurangi risiko penularan virus corona.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian tersebut, dana darurat memiliki peranan penting. Dana darurat dipahami sebagai dana yang telah dikumpulkan dalam kurun waktu tertentu untuk mengantisipasi peristiwa yang tidak dapat diprediksi seperti kehilangan pekerjaan, kecelakaan, krisis ekonomi, bencana alam, sakit keras dan sebagainya.
Sebagai penyangga keuangan, dana darurat dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa perlu mengandalkan pihak lain. Besaran dana darurat yang perlu dikumpulkan itu bervariasi tergantung dari kondisi setiap orang yang tentu saja berbeda-beda. Besaran itu bisa mulai dari 3 kali sampai 6 kali pengeluaran bulanan.
Jumlah dana darurat itu berbeda-beda bagi pekerja atau pemilik usaha yang belum menikah, sudah berkeluarga (memiliki pasangan dan anak) serta yang memiliki tanggungan untuk menghidupi orang lain seperti orangtua, adik/kakak hingga anak yatim/piatu.
Bagi pekerja atau pemilik usaha yang penghasilannya terdampak pandemi corona, dana darurat dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sebelum kembali bekerja dan berbisnis sehingga mendapatkan penghasilan.
Tips Mengumpulkan Dana Darurat
Mengumpulkan dana darurat tidaklah sesulit yang dikira. Tidak ada kata terlambat bagi yang belum pernah mengumpulkan dana darurat. Berikut ini sejumlah tips yang bisa diterapkan untuk mengumpulkan dana darurat:
1. Menetapkan TargetSetelah menyadari pentingnya dana tersebut untuk menghadapi berbagai peristiwa yang tak terduga, kita bisa mulai memikirkan cara untuk mengumpulkannya. Salah satu langkah awal dalam mengumpulkan dana darurat adalah menetapkan target.
Target tersebut bisa ditentukan berdasarkan pengeluaran bulanan. Sebagai ilustrasi, pengeluaran kita sebesar Rp6 juta per bulan. Kita ingin mengumpulkan dana darurat sebanyak 6 kali pengeluaran bulanan.
Dengan demikian, kita perlu mengumpulkan dana darurat sebesar Rp36 juta (Rp6 juta dikali 6 bulan). Tentu saja, target tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing yang memiliki beragam perbedaan.
2. Menyisihkan PenghasilanSetelah menetapkan target tersebut, kita perlu menyisihkan sebagian penghasilan (biasanya bulanan) untuk dijadikan dana darurat. Misalnya, kita memiliki gaji sebesar Rp10 juta per bulan. Dari gaji tersebut, kita bisa menyisihkan Rp3 juta untuk dana darurat.
Dari target Rp36 juta, kita bisa mengumpulkan dana darurat selama 12 bulan (Rp36 juta dibagi Rp3 juta). Tidak ada salahnya terus menambah jumlah dana darurat untuk memperbesar penyangga keuangan kita.
Prinsip menyisihkan penghasilan ini jangan sampai tertukar dengan prinsip menyisakan penghasilan. Menyisihkan penghasilan berarti mengalokasikan sebagian penghasilan untuk dana darurat sebelum mengeluarkan aneka pengeluaran.
Sebaliknya, menyisakan penghasilan berarti menggunakan uang tersisa setelah mengeluarkan aneka pengeluaran. Menyisihkan penghasilan perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi besaran uang yang disiapkan untuk dana darurat.
3. Menyimpan di Rekening TerpisahDana darurat perlu bersifat likuid atau dapat digunakan sewaktu-waktu ketika dibutuhkan. Dengan demikian, dana darurat sangat dianjurkan untuk disimpan dalam tabungan, bukan produk investasi lain seperti emas, saham, reksadana, obligasi dan sebagainya.
Untuk mengantisipasi penggunaan untuk keperluan yang tidak darurat dan tidak mendesak, kita bisa menyimpan dana darurat itu di rekening terpisah yang berbeda dari rekening gaji, rekening untuk pengeluaran kehidupan sehari-hari atau rekening tabungan lain.
Di samping itu, kita harus membuat batas yang jelas antara dana darurat dan dana tidak darurat. Apabila tidak disiplin dalam membuat pemisahan itu, rencana untuk mengumpulkan dana darurat bisa buyar. Pemisahan itu kian mudah dilakukan dengan rekening terpisah.
Menyiapkan Rekening
Dana darurat itu bisa disiapkan dalam rekening tabungan yang memiliki tingkat bunga yang menarik, dapat ditarik sewaktu-waktu dan mudah diakses seperti Tabungan Maxi yang dapat dibuka di aplikasi digital banking milik Bank DBS Indonesia yaitu digibank.
Tabungan Maxi adalah simpanan yang menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan biasa serta tidak ada ketentuan mengenai saldo minimum. Tingkat bunga Tabungan Maxi bisa sampai 4%!
Selain bunga, Tabungan Maxi ini memiliki beberapa fitur yang menarik seperti penarikan kapan saja tanpa ada penalti dan tidak ada biaya administrasi. Nasabah juga bisa mengirim uang ke Tabungan Maxi dari rekening bank lain.
Di samping itu, cara membuka Tabungan Maxi itu simpel banget. Kita hanya perlu memiliki rekening digibank terlebih dulu. Oleh karena itu, kita tidak perlu lagi mengisi data dari awal untuk membuka Tabungan Maxi.
Semua itu bisa dilakukan melalui smartphone dalam waktu 24 jam dan 7 hari sepekan. Kita bisa mengumpulkan dana darurat melalui digibank tanpa harus pergi ke kantor cabang.
Aplikasi digibank milik DBS tidak perlu diragukan lagi keamanannya karena menggunakan teknologi biometrik, soft token dan teknologi lainnya yang menjamin keamanan aktivitas perbankan.
Aplikasi digibank bisa diunduh di Apple Play Store atau Google Play Store. Menyiapkan dana darurat kini bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja secara praktis, mudah dan aman menggunakan Tabungan Maxi di digibank!