Obligasi
24 Jul 2024

8 Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Membeli Obligasi

Poin Penting:

  • Saat membeli obligasi, kamu meminjamkan uang kepada organisasi yang menerbitkannya.
  • Pembayaran kupon biasanya berupa persentase tetap dari nilai nominalnya dan sering dibayarkan setiap tiga bulan, enam bulan, atau tahunan.
  • Peringkat kredit obligasi menunjukkan kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utangnya – semakin tinggi peringkat kredit, semakin kuat kondisi keuangan penerbit obligasi.
  • Kamu bisa berinvestasi dalam kumpulan obligasi yang terdiversifikasi melalui reksadana dan ETF.

Siap berinvestasi di Obligasi dengan lebih meyakinkan?

 

Kita semua mungkin sudah familiar dengan konsep meminjam uang untuk membeli barang besar. Contohnya, mengambil pinjaman rumah untuk membeli properti. Di sini, dana dipinjamkan kepada kamu oleh lembaga keuangan seperti bank. Sebagai gantinya, kamu berkomitmen untuk membayar kembali pinjaman serta bunganya, yang merupakan kompensasi kepada bank.

Nah, secara umum, konsep obligasi mirip seperti itu, tetapi kali ini kamu yang menjadi pemberi pinjaman. Dengan membeli obligasi, kamu meminjamkan uang kepada organisasi (misalnya pemerintah atau perusahaan) yang menerbitkannya.

Penerbitan obligasi adalah salah satu cara organisasi mengumpulkan dana melalui utang. Seperti pinjaman, obligasi yang diterbitkan datang dengan komitmen pengembalian penuh saat jatuh tempo, disertai dengan pembayaran bunga reguler selama jangka waktunya. Inilah mengapa obligasi disebut investasi pendapatan tetap.

Sebelum membeli Obligasi, yuk intip 8 poin berikut agar kamu lebih memahami obligasi dan bisa membuat keputusan investasi yang tepat:

  1. Kupon Obligasi Adalah Kompensasi Tetap untuk Investasi Kamu

Kupon obligasi dibayarkan secara berkala – biasanya setiap tiga bulan, enam bulan, atau tahunan – untuk obligasi pemerintah yang dijual di Aplikasi digibank, bahkan kuponnya bisa kamu terima tiap bulan, dan sering dinyatakan sebagai persentase dari nilai nominal saat penerbitan. Umumnya, semakin besar kupon, semakin tinggi risiko yang terlibat dalam investasi pada obligasi tertentu.

  1. Pro dan Kontra Pendapatan Tetap

Sifat pendapatan tetap dari obligasi artinya obligasi memberikan kupon reguler kepada investor. Karena tingkat kupon ditetapkan saat obligasi diterbitkan, nilai pembayaran kupon dalam dolar juga tetap.

Arus kas yang dapat diprediksi ini menjadikan obligasi pilihan menarik bagi mereka yang mencari sumber pendapatan alternatif. Selain itu, selama penerbit obligasi tidak bangkrut, mereka memiliki kewajiban hukum untuk mengembalikan pokok obligasi kepada pemegang obligasi saat jatuh tempo, sehingga memberikan bentuk pelestarian modal bagi investor.

Misalkan kamu telah berinvestasi dalam obligasi, dan beberapa bulan kemudian suku bunga mulai turun, ini bisa menguntungkanmu karena pembayaran kuponmu tetap sama dan kemungkinan lebih tinggi daripada obligasi setara yang diterbitkan di pasar saat ini. Sebaliknya, dalam situasi di mana suku bunga naik, pembayaran kuponmu kemungkinan akan lebih rendah daripada obligasi baru yang setara. Selain itu, jika kamu memutuskan untuk menjual obligasi ini di pasar, kemungkinan akan dijual dengan harga diskon dari nilai wajarnya.

  1. Risiko Kredit Penerbit Menentukan Tingkat Kupon

Saat kamu memutuskan apakah akan meminjamkan uang kepada teman, kamu harus menilai apakah orang tersebut cukup dapat dipercaya untuk membayar kembali pinjaman. Demikian pula, sebelum kamu membeli obligasi, kamu harus menyadari kemungkinan penerbit obligasi gagal membayar atau tidak mampu membayar kembali. Ini dikenal sebagai risiko kredit atau risiko gagal bayar dari penerbit, yang ditentukan oleh lembaga pemeringkat kredit independen.

Ada 3 lembaga pemeringkat kredit utama yang menganalisis berbagai metrik dan posisi keuangan perusahaan serta obligasi yang mereka terbitkan untuk memberikan peringkat obligasi. Mereka adalah Standard & Poor’s (S&P), Fitch Ratings Inc., dan Moody’s Investors Service. Setiap lembaga ini menggunakan sistem peringkat yang sedikit berbeda.

Semakin tinggi peringkat kredit, maka semakin kuat kondisi keuangan penerbit obligasi di mata lembaga pemeringkat. Klasifikasi ini berguna untuk memutuskan apakah kupon yang kamu terima sepadan dengan risiko yang kamu ambil dalam meminjamkan uangmu kepada perusahaan tersebut. Semakin tinggi risiko yang kamu ambil, semakin tinggi kupon yang seharusnya kamu harapkan.

Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan kemampuan tinggi untuk membayar kembali diklasifikasikan sebagai "investment grade bonds" (obligasi dengan peringkat investasi), sementara obligasi yang memiliki risiko gagal bayar tinggi diklasifikasikan sebagai "junk bonds”.

Obligasi pemerintah cenderung lebih aman daripada obligasi korporasi karena didukung oleh keuangan pemerintah. Namun, ini tidak selalu berlaku karena kelayakan kredit setiap pemerintah berbeda. Contohnya, Obligasi Pemerintah Indonesia memiliki peringkat BBB, sementara obligasi yang diterbitkan oleh negara lain mungkin tidak memiliki peringkat yang sama.

Secara umum, dengan asumsi faktor lainnya tetap, semakin rendah peringkat obligasi, semakin tinggi kupon yang harus diberikan untuk mengimbangi risiko tambahan. Ini dikenal sebagai trade-off risiko-reward.

  1. Perhatikan Fitur-Fitur Setiap Obligasi

Tidak semua obligasi sama karena beberapa memiliki fitur yang dapat memengaruhi pertimbangan risiko-kupon kamu. Obligasi pada dasarnya memiliki kupon dan tenor tetap. Beberapa contoh obligasi dengan fitur berbeda, termasuk obligasi tanpa kupon, obligasi konversi, obligasi callable, step-up, dan obligasi dengan suku bunga floating rate.

Jadi luangkan waktu untuk memahami semua fitur serta syarat dan ketentuan obligasi sebelum membuat keputusan yang tepat.

  1. Dalam Kasus Kebangkrutan, Pemegang Obligasi Dibayar Sebelum Pemegang Saham

Salah satu alasan mengapa obligasi dianggap investasi yang lebih aman dibandingkan saham adalah karena posisinya dalam urutan pembayaran utang. Saat sebuah perusahaan bangkrut dan asetnya dijual, ada urutan tertentu untuk membayar utang. Pemegang obligasi dibayar sebelum pemegang saham biasa. Di antara pemegang obligasi, mereka yang memiliki obligasi yang dijamin (misalnya, dengan properti) akan dibayar terlebih dahulu karena mereka memiliki klaim langsung atas aset tertentu. Jika ada sisa dana, pemegang obligasi tidak dijamin akan dibayar berikutnya. Pemegang saham mendapatkan prioritas paling rendah, jadi jika tidak ada dana tersisa, mereka tidak akan menerima pembayaran apapun dari likuidasi perusahaan.

  1. Obligasi Cenderung Memiliki Likuiditas Lebih Rendah Dibandingkan Ekuitas yang Diperdagangkan Publik

Meskipun obligasi dan ekuitas dapat diperdagangkan di bursa seperti Bursa Efek Indonesia (BEI), tidak semua obligasi tersedia untuk umum seperti daftar saham. Sementara itu, obligasi non-retail harus dibeli dan dijual melalui jaringan dealer over-the-counter (OTC) seperti bank.

Karena obligasi tidak dapat dibeli dan dijual dengan mudah pada harga yang stabil, mereka tidak dianggap sebagai aset likuid. Ini bukan masalah bagi investor yang berniat memegang obligasi sampai jatuh tempo. Namun, bagi investor yang mungkin membutuhkan dana sebelum jatuh tempo obligasi, mereka perlu mencoba menjualnya pada harga pasar saat itu. Ini bisa mengakibatkan kerugian jika harga pasar lebih rendah dari jumlah investasi asli.

Saat berinvestasi dalam obligasi, ada baiknya mempertimbangkan apakah kamu bisa memegangnya sampai jatuh tempo, dan jika tidak, apakah obligasi yang kamu beli kemungkinan memiliki likuiditas yang cukup untuk dijual dengan harga yang menguntungkan.

  1. Kamu Dapat Berinvestasi dalam Obligasi Melalui Investasi Kolektif

Obligasi pemerintah tidak selalu mudah diakses oleh investor rata-rata, dan biasanya memiliki level masuk yang tinggi setidaknya IDR 100.000.000 dalam banyak kasus. Ini berarti banyak investor tidak dapat melakukan investasi semacam itu.

Untungnya, di DBS pembelian Obligasi Pemerintah dapat dibeli mulai dari IDR 1.000.000 melalui Aplikasi digibank by DBS, atau ada cara lain yang juga terjangkau untuk berinvestasi dalam sekumpulan obligasi melalui produk investasi kolektif seperti reksadana yang disebut Fixed Income fund.

Dengan berinvestasi dalam obligasi melalui Fixed Income funds, kamu tidak hanya dapat mendiversifikasi portofolio investasimu tetapi juga memiliki produk obligasi yang lebih likuid. Keuntungan lain dari ini adalah produk-produk ini dapat dibeli dengan jumlah pembelian yang jauh lebih rendah daripada obligasi pemerintah individu.

  1. Biaya yang Terlibat dalam Investasi Obligasi

Kabar baiknya adalah tidak ada biaya yang dikenakan untuk obligasi yang ditawarkan di DBS Indonesia. Saat kamu membeli obligasi pada saat penerbitan melalui penawaran umum perdana (IPO), kamu akan membayar nilai nominal obligasi. Untuk membeli atau menjualnya setelah penawaran umum, di pasar sekunder, kamu akan membayar nilai pasar obligasi saat itu dan spread bid/offer.

Dengan produk investasi kolektif seperti reksadana, investor sering kali dikenakan biaya untuk pengelolaan dana. Namun, dana yang hanya menginvestasikan pada obligasi cenderung memiliki biaya pengelolaan yang lebih rendah daripada dana yang hanya menginvestasikan pada saham, dan dana yang dikelola secara aktif biasanya memiliki biaya lebih tinggi daripada dana yang dikelola secara pasif.

Dengan memahami poin-poin ini, kamu bisa membuat keputusan yang lebih baik dalam berinvestasi obligasi. Jika kamu membutuhkan lebih banyak insight dan arahan dalam berinvestasi termasuk di Obligasi, kamu bisa curhatin rencana kamu dengan digibank Advisor, agar investasi kamu semakin terarah dalam mencapai tujuanmu. Selamat berinvestasi!